Minggu, 14 Desember 2014

Kegiatan Kunjungan Masjid

Kegiatan Kunjungan Masjid
Alhamdulillah teman-teman, kita telah selesai belajar Tema 3 “Kegiatanku” dan mulai ganti Tema 4 “Keluargaku”, semoga belajar tema 4 ini kita lebih baik daripada tema kemarin. Pergantian Tema ini, berganti pula isi Mading kita . Mading kita kali ini bertema “Kegiatanku” yang akan memuat Agenda Kunjungan ke Masjid Pondok Pesantren Al Qur’an Modern Al Junaid dan beberapa tulisan serta Hasil Karya teman-teman.
Selamat Membaca. 
          Dalam rangka mengenal Tahun Baru Hiriyah, Siswa SDIT Lukman Al Hakim Pekalongan mengadakan Kunjungan syiar Masjid di Komplek Ponpes Al Qur’an Modern Al Junayd hari Sabtu tanggal 15 November 2014 dan bertepatan dengan tanggal  22  Muharram 1457 Hijriyah.
Yuk, kita ulang perjalanan kunjungan kita kemarin.
Baris dan Ikrar memulai langkah perjalanan kegiatan, kita berusaha Baris dan Ikrar  dengan Rapi,  dan sungguh-sungguh, tapi rupanya masih ada satu teman kita yaitu mas Rafi biasa masih muter-muter kesana kemari, biar rapi dan fokus akhirnya ustadzah pindah di barisan paling depan, tapi tambah tidak fokus dan bertanya pada Ustadzah “Us, nantikan amalku ditimbang sama Allah tu, lha kalau amal baikku ditimbang sama beratnya dengan amal jelekku, aku dimasukkan ke Syurga apa neraka?” pertanyaan yang ustadzah belum persiapkan jawabannya. Teman-teman mas Rafi jadi ikut berfikir “Masuk mana ya?” Mas Rafi menjawab sendiri “Aku tahu mungkin  badankun dibelah jadi dua separo dimasukkan ke Syurga dan separo dimasukkan ke Neraka.” Teman-temannya bengong “Apa begitu ya?” Wah jadinya fokus  diskusi Nggak jadi Ikrar deh. Akhirnya Ustadzah jawab “Wallohua’lam mas Rafi, hanya Allahlah yang Maha Tahu, yang pasti Allah Maha Penyayang, kita berdoa dan berharap agar Allah masukkan kita ke Syurga.” Amin.
Yuk kita lanjutkan kegiatan kita yaitn Doa dan Muroja’ah hafalan di Masjid. Setelah itu kami siap-siap baris rapi melanjutkan kegiatan Keliling mengenal lingkunan Komplek Pondok, pertama menuju Asrama Putra, saat disitu mas Fatih  bilang “He teman-teman bau minyak wangi Kak Sabil dan Kak Abdu, pasti mereka ada disini.” Teman-temannya menyahut “Iya mungkin Kak Sabil dan Kak Abdu mondok disini” ustadzah hanya senyum-senyum mendengarnya “ah ada saja anak-anak ini, mungkin minyak wangi kakak2 sama baunya dengan bau minyak wangi yang mereka cium disitu”
Perjalanan berhenti sebentar, kita  foto bersama lalu perejalanan dilanjutkan ke Lokasi Manasik Haji, disitu kita mengenal Ka’bah, tempat melempar Jumroh, bukit Shafa dan Marwa yang digunakan untuk Sa’I itu lho.  Setelah itu Kitapun melanjutkan perjalanan  terakhir yaitu  kembali ke Masjid dengan Kegiatan membuat kalender Hijriyah, selesaii sudah kegiatan kita ini.
 Alhamdulillah kegiatan kita berjalan lancar dan menyenangkan. Teman-teman  senang melakukan kunjungan ini, hikmahnya kita bisa belajar tidak hanya di Sekolah tetapi bisa dimanapun yang penting aman dan nyaman, mengembalikan fungsi masjid tidak hanya untuk shalat tetapi bisa digunakan sebagai tempat belajar, musyawarah dan kebaikan lainya, seperti zaman Rosulullah SAW masjid sebagai pusat kegiatan kaum muslimin.













Senin, 08 Desember 2014

Mendidik Dengan Cinta



Mendidik Dengan Cinta


Dasar bandel! Dasar anak nakal! Sudah dibilangi kalau minta susu ya diminum, dihabisin. Nggak malah ditumpahkan ke lantai seperti itu! Susu itu mahal!” Seorang ibu uring-uringan memarahi Fifi, anaknya yang baru berusia 3 tahun. Bagaimana ia tidak jengkel, bila lantai yang baru saja dipel kini kotor lagi oleh tumpahan susu si kecil. Si kecil pun diam sambil menatap wajah ibunya yang kecapekan.
Sementara seorang ayah memarahi Latif, anaknya yang kelas satu SD, setelah dilapori wali kelasnya bahwa anaknya itu ketahuan mencuri uang temannya. “Kecil-kecil sudah jadi pencuri! Mau jadi apa kamu kalau besar nanti?” Katanya sambil berkacak pinggang.
Memang, mendidik anak memerlukan kesabaran ekstra. Ada kalanya orang tua kehilangan kontrol saat kondisi fisiknya lelah atau emosinya tidak stabil. Kata-kata makian terhadap anak seperti bandel, nakal, badung, dan sebagainya, seringkali meluncur tanpa dapat ditahan. Padahal, makian atau celaan seperti itu akan sangat menjatuhkan harga diri anak dan berakibat buruk bagi perkembangannya.
Mencerca Pribadi Hancurkan Harga Diri
Dalam masa perkembangannya semenjak lahir, setiap anak belajar menilai segala sesuatu. Begitu juga yang terjadi pada persoalan penilaian diri. Setiap anak akan menilai dan memandang seperti apa keadaan dirinya sendiri sesuai dengan cara pandang orang tuanya terhadap diri si anak.
Apabila pribadinya sering dicerca dengan julukan-julukan buruk seperti anak nakal, bengal, tak tahu aturan, pencuri, bodoh, pemalas, dan sejenisnya, maka akan terbentuk keyakinan dalam diri anak bahwa memang seperti itulah sebenarnya taraf kepribadiannya. Selanjutnya ia akan merasa wajar jika berbuat nakal, toh ayah ibu menyebutnya ‘anak nakal’.
Perkembangan buruk seperti ini bila diteruskan akan sampai pada tahap di mana anak akan selalu berusaha berperilaku sesuai anggapan terhadap kepribadiannya tersebut, sehingga ia akan merasa tak pantas jika berbuat baik, yang notabene menyalahi keyakinannya sebagai anak nakal dan bengal tersebut.
Sampai tahap ini perilaku anak bisa jadi sangat membuat orang dewasa terheran-heran, sebab ia sudah tak mempan lagi diberi nasihat dan motivasi untuk mau berbuat baik, kecuali jika perbaikan dimulai dengan mengubah cara pandangnya yang keliru dalam menghargai pribadinya sendiri. Sungguh ini sebuah perbaikan yang sulit untuk dilakukan.
Begitulah kenyataannya, bahwa setiap orang membentuk kepribadian sesuai dengan cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Itu sebabnya, akan sangat fatal akibatnya jika dalam masa perkembangan anak diberi contoh untuk menilai dirinya dengan sebutan dan panggilan yang buruk.
Anak tetap anak, sekalipun perilakunya buruk. Yang buruk adalah perilakunya, sementara pelakunya tetaplah anak baik. Jika patut dibenci, maka perilakunya yang harus dikutuk, bukan pelakunya. Sang anak sebagai pelaku tetap berhak untuk dicintai, disayangi, dan dihargai.
Jika Anak Salah, Tegur Perilakunya
Ketika seorang anak berbuat kesalahan, orang tua harus menegur ‘perilaku’ tersebut, tanpa mencela pelakunya. Anak harus mengerti letak kesalahannya. Ia harus mengerti betul bahwa orang tuanya marah, kecewa dan membenci perilaku yang baru saja dilakukannya, bukan marah dan membencinya.
Agar anak tahu bahwa orang tuanya tidak menyukai perilakunya, maka sebaiknya orang tua menunjukkan perasaan kecewa, marah dan ketidaksukaannya dengan sejelas-jelasnya. Bisa dengan mimik wajah yang penuh emosi, bisa pula dengan kata-kata yang keras.
Kembali pada kedua contoh kasus di awal tulisan ini, untuk Fifi yang menumpahkan susunya, akan lebih baik bila ibu marah dengan menegur perilakunya. “Fifi, sudah ibu bilangi berkali-kali kalau menumpahkan susu itu jelek! Itu perbuatan mubadzir! Susu itu harganya mahal!”
Sedangkan untuk kasus Latif, akan lebih baik bila ayah tidak menyebutnya sebagai pencuri. “Latif, kamu kan tahu mencuri itu perbuatan buruk? Dosa! Kenapa kamu melakukannya? Kalau butuh uang, bilang sama ayah, jangan mencuri milik orang lain!”
Kedua contoh tersebut sudah dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dirasakan oleh ayah dan ibu. Tujuannya agar anak mengerti perasaan orang tua tentang perilaku anak yang buruk itu. Di sisi lain diharapkan dalam diri anak sendiri akan timbul perasaan yang tidak enak menghadapi kemarahan orang tuanya.
Cukup Sekali Saja
Teguran orang tua cukup dinyatakan sekali saja, anak sudah bisa memahami perasaan orang tuanya. Bila pernyataan ini diulang-ulang justru akan menimbulkan kebosanan, dan anak merasa digurui. Cara mendisiplinkan anak seperti itu tidak efisien.
Banyak orang tua yang merasa perlu memberi nasihat panjang lebar terhadap kesalahan anaknya, karena menangkap kesan anak tidak mendengar nasihat yang dikatakan orang tua. Anak-anak itu berbuat seenaknya, tak mendengar omelan orang tua. Tingkah anak itu membuat orang tua jengkel dan merangsangnya untuk semakin memperpanjang dan mengulang-ulang nasihat, semata-mata untuk melampiaskan kejengkelannya.
Sekali lagi, sikap orang tua sebenarnya cukup dinyatakan sekali, ditunjang ekspresi wajah tak lebih dari satu menit. Inilah bagian awal dari metode disiplin yang disebut teguran satu menit. Selanjutnya, akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada saat ini sebaiknya orang tua diam sejenak agar suasana yang tidak enak ini benar-benar dirasakan anak. Manfaatkan waktu ini untuk menarik nafas panjang, seakan telah usai menyelesaikan tugas berat berupa pengungkapan rasa kecewa atas perilaku anak yang buruk.
Selanjutnya, Hargai Pelakunya
Bagian berikutnya adalah saatnya menggunakan kebenaran lain selain kebenaran pertama yang telah dikatakan terlebih dahulu. Kebenaran kedua ini adalah bahwa diri anak-anak sebagai ‘pelaku’ sebenarnya tetap baik, bahwa orang tua tetap mencintai sepenuh hati, karena mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang salih.
Bagian kedua ini harus diucapkan orang tua dengan ekspresi wajah penuh kasih sayang dan kelembutan. Bila perlu dengan memeluk dan mencium, agar anak bisa langsung merasakan bahwa bagaimanapun buruknya perilaku mereka, ternyata orang tua tetap mencintainya. Pernyataan ini pun tidak perlu diulang, cukup sekali saja.
Misalnya, untuk kasus Fifi, setelah ibu marah dan menegur perilakunya yang buruk, maka sebaiknya ibu membelai kepalanya sambil berkata, “Fifi kan anak salihah, anak pintar. Lain kali jangan menumpahkan susu lagi ya sayang…”
Demikian juga untuk kasus Latif. Setelah ayah menunjukkan kemarahannya, alangkah bijaksananya bila kemudian ia memeluk anaknya itu seraya berkata, “Latif kan anak yang salih…Masa’ anak salih mencuri, nanti jadi temannya setan. Lain kali jangan diulangi lagi ya….”
Kelebihan Metode Ini
Metode teguran satu menit mempunyai banyak kelebihan.
Pertama, melatih disiplin anak-anak untuk bisa meninggalkan perilaku yang buruk. Dalam setengah menit yang pertama, anak mengerti bahwa tindakannya yang buruk telah membuat orang tuanya kecewa dan marah. Peristiwa itu akan masuk ke alam memorinya, selanjutnya memorinya mencatat mana perilaku baik yang disenangi orang tua, dan mana perilaku buruk yang membuat orang tuanya kecewa dan marah.
Selanjutnya, dalam setengah menit kedua, anak segera dapat menemukan kembali citra dirinya yang positif sebagai anak yang baik. Mereka sangat menikmati belai kasih orang tua dalam selang waktu yang singkat ini. Buahnya, mereka menjadi senang dan bagga terhadap dirinya sendiri yang baik seperti kata orang tuanya.
Satu hal penting yang tak boleh dilupakan orang tua adalah semakin anak menyenangi dirinya sendiri, semakin besar kemauannya untuk berperilaku lebih baik.
Kedua, metode ini bisa digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Banyak orang tua mengeluh karena tak bisa memahami jalan pikiran anaknya. Banyak yang tak mengenal anaknya sendiri karena kemacetan komunikasi. Anak tak pernah mau menyampaikan permasalahan yang ia hadapi kepada orang tua. Dengan bantuan metode ini, sedikit demi sedikit mulai berkembang iklim keterbukaan antara orang tua dengan anak. Komunikasi pun menjadi lancar, akrab dan harmonis. Hal ini bisa terjadi karena keberanian orang tua menunjukkan perasaan terhadap anak tanpa mencerca. Dalam setengah menit pertama menyalahkan habis-habisan perilaku anak yang buruk. Tetapi setelah itu menyatakan bahwa diri pribadi anak selalu tetap baik dan dicintai orang tua.
Memang dalam praktiknya metode ini agak sulit dilakukan, karena orang tua seolah-olah harus ‘bersandiwara’. Setelah marah-marah harus mengungkapkan rasa sayang. Yang pasti, walaupun sulit, tetapi demi perkembangan jiwa anak, tentu metode ini layak untuk dibiasakan.

cintai anakmu selamanya



Cintai Anakmu Selamanya


Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi... Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita. Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita. Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....
Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta. Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.
Adakah itu termasuk kita? Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.
Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri. Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat? Dan dunia ini adalah ladangnya...
Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati. Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding. Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur, 52: 21).
Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. Termasuk kitakah?
Adakah kita benar-benar mencintai anak kita? Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka saat terluka. Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat? Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih badan kita. Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?
Tengoklah sejenak anakmu. Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya? Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?
Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?
Maka, cintai anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala. Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak bertepi.

Kelebihan SDIT Luqman Al Hakim

















Kelebihan SDIT Luqman Al Hakim
1.    Siswa tidak sekedar memahami ilmu, tetapi juga penghayaan dan pengalamaannya
2.    Siswa dibekali tauhid dan semangat keberagamaan untuk membangun misi hidup
3.    Materi ajar yang diberikan pada tiap pembelajaran digunakan untuk 'menemukan' Tuhan
4.    Pengelolaan waktu yang terencanaa sehingga tidak memforsir energi anak dan tidak membosankan
5.    Anak mendapatkan bimbingan ibadah praktis
6.    Bagi orang tua yang sibuk bekerja, tidak perlu khawatir karena sepanjang hari anaknya berada
       dilingkungan yang Islami dan bimbingan guru yang terencana.
7.    Adanya perhatian individual dalam proses pembelajaran

Target Mutu Lulusan

















Target Mutu Lulusan
1.      Berakhlak mulia
2.      Tuntas belajar
3.      Gemar membaca
4.      Hafal Juz 29 dan 30
5.      Mandiri dan percaya diri
6.      Berbakti kepada orang tua
7.      Berkarakter Islami

Kegiatan Penunjang




Kegiatan Penunjang
1.   Kunjungan Pembelajaran Tematik
2.   Wisuda Tahfidzul Qur'an dan Hadits
3.   Tahfidzul Qur'an dan Hadits
4.   Jambore Anak Sholeh
5.   Rekreasi dan Out Bound
6.   Manasik Haji
7.   Pekan Lomba
8.   Pondok Ramadhan
9.   Bakti Sosial
10. Out Door Activity
11. Mendongeng
12. Eksplorasi air (renang)
13. Parenting
14. Bazar

Kurikulum dan Model Pembelajaran
















Kurikulum dan Model Pembelajaran
SDIT Luqman Al Hakim menerapkan Kurikulum 2013 Diknas yang terintegrasi dengan Kurikulum Jaringan Sekolah Integral Hidayatullah. Sedangkan dalam proses pembelajaran menggunakan pembelajaran integratif thematic yakni sebuah pembelajaran tematik yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh, dengan sebuah pendekatan pembelajaran berbasis scientific approach. Dalam pendekatan scientific siswa diharapkan dapat melakukan ketrampilan-ketrampilan ilmiah, seperti :
1.    Observating
2.    Questioning
3.    Exsperimenting
4.    Associating
5.    Communication
Adapun model pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan pembelajaran scientific melalui :
1.    Project based learning
2.    Problem based learning
3.    Discovery learning

Misi
















Misi
1.  Menyelenggarakan lembaga pendidikan dasar integral yang profesional
2.  Melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan berwawasan global.
3.  Mengutamakan keteladan dan kasih sayang.
4.  Membentuk lingkungan pendidikan yang Islamiah, ilmiah, dan alamiah.
5.  Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang ekselen.

Visi


















Visi
Excellent with Integral Character

Pendidikan Tauhid

















Buka Hati dengan Pendidikan Tauhid

    Kalau ingin memanen untuk bekal beberapa bulan kedepan, tanamlah padi. Kalau ingin memanen beberapa tahun kedepan, tanamlah mangga. Tapi kalau tetap ingin memanen sampai puluhan dan ratusan tahun kedepan, bahkan hasilnya dibawa sampai akhirat, tanamlah generasi unggul. Yaitu anak-anak yang shalih dan shalihah. Sebab dengan merekalah perjuangan kita diteruskan. Melalui merekalah pahala kebaikan akan mengalir pada diri kita. Melalui doanya, segala dosa kita terampuni. Kita tentu merindukan generasi yang membahagiakan dunia dan akhirat. Generasi yang yakin akan janji Tuhannya. Tunjukkan keteladanan kepada mereka, ajarkan keinginan untuk berbuat bagi agama Allah. Bangkitkan pada diri mereka tujuan hidup yang sangat kuat. Jika dua perkara ini ada pada mereka, insya Allah mereka akan tumbuh sebagai orang-orang yang penuh semangat. Kecerdasan merekan akan melejit dan berkembang pesat, bakatnya akan tumbuh dengan baik. Kepekaannya untuk merasakan, menghayati, dan memahami tujuan hidup di atas pijakan keyakinan terhadap Tuhannya akan semakin kuat. Tanamkan juga kesadaran untuk belajar dan berpikir apa yang bisa dan sebaiknya dikerjakan bagi umat ini, sehingga membuat kepekaannya terhadap tanggung jawa tumbuh, potensinya terasah dan kreativitasnya berkembang.
     Upaya menghantarkan bertauhid sejak dini pada mereka itu akan menjadi pondasi yang kokoh bagi jiwanya saat mereka dewasa. Dengan semata mencari ridha Allah, segala kelebihan dan keahliannya akan digunakan untuk memberi manfaat bagi sesama. Mereka kelak bisa menjadi orang yang profesional sekaligus spritual. Inilah orang terbaik yang sebenarnya yang akan membawa kebahagiaan yang hakiki.
     SDIT Luqman Al Hakim Kota Pekalongan berupaya menjadi mitra terbaik bagi orang tua untuk mewujudkan generasi unggul berkarakter yang membawa kebahagiaan hakiki, dengan sebuah pendekatan pembelajaran berbasis Tauhid.